WE Online, Jakarta - Pengamat Ekonomi Politik Pertanian Universitas Trilogi, Muhamad Karim menilai harga jagung lokal lebih bagus dibandingkan harga jagung impor adalah wajar. Pasalnya, saat ini jagung lokal Indonesia kualitas lebih bagus, kandungan protein lebih banyak, varietasnya banyak, apalagi saat musim kemarau ini, kualitasnya lokal jauh lebih tinggi lagi.
"Pada musim kemarau membuat jagung lokal kualitas jauh lebih bagus, kandungan protein jauh lebih tinggi, lebih segar, tidak ada GMO, tidak kopos kopos dan lebih diminati peternak. Saya pastikan harganya juga bagus, kandungan qizi lebih banyak, lebih fresh dan tetap diminati peternak. Dalam ekonomi, kondisi ini wajar, dimana barang yang berkualitas dan tinggi peminatnya akan diikuti kenaikan harga," demikian jelas Karim di Jakarta, Rabu (21/8/2019).
Karim menekankan kondisi harga ini bukan karena stok atau produksi yang tidak mencukupi. Oleh karena itu, ia meminta pemerintah agar tidak gegabah dalam mengambil kebijakan impor sebab nantinya akan merugikan petani.
"Lihat saja data Kementerian Pertanian, target produksi jagung hingga akhir tahun 2019 ini sebanyak 33 juta ton. Angka ini naik dari realisasi 2018 sebesar 28,92 juta ton, dipastikan surplus melebihi kebutuhannya" bebernya.
"Artinya dari produksi jagung lokal dapat digunakan untuk kebutuhan konsumsi maupun kebutuhan lainnya. Lagian kalau impor akan rugi karena dalam transaksi dalam kurs asing. Jadi bila akan impor pasti itu kebijakan keliru," sambung Karim.
Sementara itu, Maxydul Sola, Sekretaris Dewan Jagung Nasional (DJN) mengatakan saatnya fokus meningkatkan produktivitas jagung di dalam kawasan sentra sentra jagung. Hilirisasi dan alat alat pasca panen dan pergudangan disiapkan untuk menjaga pasokan dan stabilitas harga jagung di dalam negeri. Harga di petani saat ini bagus, di atas Rp 3.150 per kg.
"Kondisi saat ini ada pertanaman dan produksi jagung cukup sesuai kebutuhan bulanan. Ini kita lakukan bersama semua pihak, kita di DJN bekerja bareng, membangun kemitraan petani dengan pelaku usaha," ujarnya.
Sebelumnya, Ivan Hindarko dari PT Cargill Indonesia yang memiliki kapasitas 700 ribu ton jagung mengatakan para produsen pakan ternak pun masih komit menggunakan bahan baku jagung lokal dan tidak ada masalah suplai.
"Kita masih komitmen menggunakan bahan baku lokal dan mengakui adaya kelebihan mutu di jagung lokal kita," jelasnya.
Selain kandungan protein jagung lokal lebih tinggi 7,0 hingga 7,5 persen dibandingkan jagung impor. Bahkan menurut Dean Novel dari Koperasi Dinamika Nusra Agribisnis (DNA) mengatakan kini tengah mengembangkan Jagung Rendah Aflatoksin (JRA) bisa diproduksi di dalam negeri dalam skala ekonomi.
"DNA di Lombok Timur sudah mengirimkan sebanyak 120 ton JRA ke PT Green Fields. Bahkan JRA lokal diakui oleh Green Fields tidak kalah mutunya dengan JRA impor," cetusnya.
Perlu diketahui, pemerintah saat ini sudah melakukan berbagai upaya mitigasi dengan menggerakkan tanam di musim kemarau ini. Neraca produksi jagung pun masih aman dibandingkan tahun lalu. Luas tanam di periode Januari- Juli tahun ini juga masih aman seperti tahun lalu.
Selain kandungan protein jagung lokal lebih tinggi 7,0 hingga 7,5 persen dibandingkan jagung impor. Bahkan menurut Dean Novel dari Koperasi Dinamika Nusra Agribisnis (DNA) mengatakan kini tengah mengembangkan Jagung Rendah Aflatoksin (JRA) bisa diproduksi di dalam negeri dalam skala ekonomi.
"DNA di Lombok Timur sudah mengirimkan sebanyak 120 ton JRA ke PT Green Fields. Bahkan JRA lokal diakui oleh Green Fields tidak kalah mutunya dengan JRA impor," cetusnya.
Perlu diketahui, pemerintah saat ini sudah melakukan berbagai upaya mitigasi dengan menggerakkan tanam di musim kemarau ini. Neraca produksi jagung pun masih aman dibandingkan tahun lalu. Luas tanam di periode Januari- Juli tahun ini juga masih aman seperti tahun lalu.
Post Comment