Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah menyiapkan sejumlah terobosan untuk meningkatkan produktivitas hutan produksi di Indonesia. Sejumlah terobosan itu, antara lain kemudahan investasi pemanfaatan hutan produksi, pengembangan usaha di hutan alam (HA) dan hutan tanaman industri (HTI), pengembangan hasil hutan bukan kayu (HHBK) dan jasa lingkungan, kemudahan investasi industri dan ekspor produk hasil hutan, serta optimalisasi penerimaan negara bukan pajak (PNBP).
“Tiga kata kunci yakni investasi meningkat atau kondusif karena sudah dipermudah, kemudian produktivitas hutan naik (tenaga kerja meningkat), daya saing industri hasil hutan (ekspor hasil hutan meningkat dan PNBP meningkat). Akhirnya PDB meningkat dan rakyat sejahtera,” ungkap Sekretaris Jenderal KLHK, yang sekaligus Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) KLHK Bambang Hendroyono, ketika memberi keterangan pada media, Jumat (3/1/2020).
Dalam acara yang dikemas dengan tajuk “Overview Kinerja Sektor Kehutanan Tahun 2019 dan Upaya Mendongkrak Investasi dan Ekspor Hasil Hutan 2020”, Bambang yang didampingi oleh Ketua Umum Asosiasi Masyarakat Perhutanan Indonesia Indroyono Soesilo lebih lanjut mengatakan terdapat kenaikan dari produksi HHBK.
Pada tahun lalu tercatat produksi dari sektor nonkayu ini naik secara signifikan yaitu sebesar 474.198 ton dari sebelumnya tahun 2018 yang hanya sebesar 329.633 ton.
“Ekspor hasil hutan pada tahun 2019 juga sedikit meningkat yaitu senilai US$11,64 miliar, sedangkan tahun 2018 senilai US$11,27 miliar. Tenaga kerja yang terserap dari sektor hutan produksi mencapai angka 388.974 tenaga kerja, tidak beda jauh dibandingkan dengan tahun 2018 sebanyak 382.279 tenaga kerja,” ujar Bambang.
Akan tetapi, katanya, kontribusi hutan produksi terhadap ekonomi Indonesia pada tahun 2019 dapat dikatakan menurun. Dari PNBP misalnya, pada tahun 2019 tercatat penerimaan sebesar Rp2,73 triliun, lebih kecil dari tahun 2018 yang mencapai Rp2,86 triliun.
Produksi kayu bulat pada tahun 2019 dari HA sebanyak 6,77 juta m3, HTI sebanyak 36,23 juta m3. Jumlah tersebut menurun dari tahun 2018, yang mana dari HA memproduksi kayu bulat sebesar 8,60 juta m3, dan HTI sebesar 40,14 juta m3.
Tingkat investasi juga menurun, tahun 2019 nilai investasi sebesar Rp128,14 triliun, sedangkan tahun 2018 lebih besar yaitu Rp155,71 triliun. Menurunnya produktivitas hutan produksi serta kontribusinya terhadap ekonomi membuat pemerintah terus melakukan terobosan-terobosan dan strategi.
Bambang menjelaskan lebih lanjut bahwa pemanfaatan HA, strategi yang dilakukan pemerintah adalah dengan menjamin kepastian usaha, penerapan teknik Silvikultur Intensif (Silin) dalam pengelolaan HA, penerapan reduced impact logging (RIL), pengembangan multibisnis, evaluasi kinerja, integrasi dengan industri, serta penerapan multisistem silvikultur.
Dalam pembangunan HTI, Bambang menggarisbawahi bahwa pengembangan HTI mini atau hutan tanaman rakyat (HTR) ditujukan untuk penyerapan tenaga kerja dan UKM. HTI dan HTR diarahkan untuk mendukung sektor industri nasional.
Jenis tanaman hutan berkayu, tanaman budidaya tahunan berkayu maupun jenis lainnya di HTI atau HTR diarahkan untuk mendukung industri hasil hutan, bioenergi, pangan, obat-obatan, kosmetika, kimia, dan pakan ternak.
Post Comment