iPasar News

Bye-bye Bayar Pakai Kartu!

Foto: Tim Infografis Zaki Alfarabi
Foto: Tim Infografis Zaki Alfarabi

Jakarta - Metode pembayaran terus berevolusi. Mulai dari uang kertas dan logam, kartu dan hingga kini membayar bisa menggunakan aplikasi di handphone.
Membayar secara non tunai ini memberikan banyak kemudahan karena selain lebih cepat dan efisien. Tak ada lagi biaya cetak kartu atau distribusi uang kertas dan logam.
Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk Lani Darmawan mengatakan saat ini pembayaran non tunai tanpa kartu sangat pesat di Indonesia. Menurut dia konsep dasar dari layanan ini adalah bank ingin memberikan kemudahan yang mudah dan baik untuk nasabah.

"Customer experience nya supaya baik dan tidak ribet, karena ada e-wallet di Go Mobile, jadi tidak usah bawa kartu," kata Lani.
Menurut dia, selain menguntungkan dari sisi nasabah, bank juga akan mendapatkan cipratan untung. Yakni nasabah akan semakin loyal menggunakan layanan dan bank bisa lebih efisien dari sisi biaya.

"Karena end game nya cashless dan cardless. Dalam jangka panjang, tidak perlu mencetak dan mengirim kartu," imbuh dia.
CIMB Niaga kini memiliki fasilitas tarik dan setor tunai tanpa kartu di ATM yakni melalui rekening ponsel atau melalui Go Mobile.

Lani mengatakan pengguna utama untuk rekening ponsel adalah mitra usaha perseroan seperti Gojek dan pengemudinya. Sedangkan untuk Go Mobile biasanya digunakan oleh nasabah umum.
Dia menyebut pertumbuhan penggunaan rekening ponsel dan Go Mobile terbilang baik. Rata-rata pertumbuhan per tahun mencapai 35%. "Masyarakat sudah merasa nyaman dan terbiasa untuk menggunakan Go Mobile sebagai dompet digital. Ke depan, harusnya uang tunai tidak perlu lagi, karena semua transaksi lewat Go Mobile saja.

"Jadikan win, win, win untuk nasabah, merchant dan juga pemerintah. Jadi memang sekarang no card no cry, karena kebiasaan masyarakat kita yang sudah cashless dan cardless," jelas dia.
Selain pembayaran cashless, kartu kredit digital juga sudah mulai banyak digunakan oleh masyarakat. Misalnya Kredivo.

CTO Kredivo, Alie Tan mengungkapkan aplikasi Kredivo memiliki 3 layanan utama yakni bayar dalam 30 hari, cicilan dan juga pinjaman tunai.
Untuk bayar dalam 30 hari, pengguna Kredivo bisa berbelanja dan membayaranya 30 hari kemudian dengan bunga 0%. Selain itu juga disediakan cicilan layaknya kartu kredit fisik yang diterbitkan oleh bank.

"Layanan cicilan ini memberikan kemudahan kepada pengguna untuk membeli barang di merchant Kredivo dengan bunga cicilan 2,95% per bulan dan tenor hingga 12 bulan," ujar dia.
Proses transaksi menggunakan Kredivo menurut Alie sangat mudah cukup 2 kali klik untuk checkout dan waktu approval yang cepat hanya dengan beberapa jam.

Dia mengatakan dari sisi penilaian kredit, Kredivo menggunakan teknologi yang mampu menghasilkan skor kredit berdasarkan jejak digital pengguna yang diproses dengan teknologi machine learning, sehingga pengguna tidak harus memiliki riwayat kredit sebelumnya.
Hingga semester I 2019 pengguna Kredivo sudah mencapai 1 juta user. Dengan proses puluhan juta dolar AS setiap bulan dan menyalurkan kredit terbesar di transaksi e-commerce setelah kartu kredit.
Perencana Keuangan dari Mitra Rencana Edukasi (MRE) Andy Nugroho menjelaskan keuntungan dari pembayaran sistem cardless ini adalah dari segi keamanan uang yang bisa lebih baik dibandingkan dengan kartu atau cash.

"Karena kita tidak perlu lagi membawa-bawa uang cash dalam jumlah besar atau kartu yang banyak karena rawan hilang. Cukup bawah hp saja yang memang sudah tak terpisahkan dengan manusia di era digital seperti saat ini," kata Andy.

Kemudian, penyedia layanan cardless ini saat masa promosi juga memanjakan pengguna dengan beragamnya diskon atau potongan harga yang bisa digunakan untuk berbelanja. Biasanya hal itu tak akan didapatkan jika kita menggunakan kartu atau uang cash.

"Cardless seperti halnya pembayaran dengan kartu juga bisa menghindarkan konsumen dari belanja yang tidak ada kembaliannya, karena pembayaran bisa lebih akurat," imbuh dia.
Menurut Andy dalam membayar menggunakan sistem cardless ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Misalnya menggunakan operator yang bank rekanannya sama dengan bank yang kita gunakan, hal ini untuk menghindari pengenaan transaction fee.

Meskipun cardless, pengguna juga harus lebih bijak dalam berbelanja, karena tawaran diskon yang ada di mana-mana. Sama seperti kartu debit atau kredit jangan sekali-kali memberitahukan PIN aplikasi atau PIN QR code kepada orang lain untuk meminimalisir penyalahgunaan.

Selanjutnya, jangan pernah membuat note di hp tentang nomor PIN transaksi QR atau aplikasi pembayaran. Hal ini juga untuk meminimalisir jika handphone hilang. Walaupun cardless semakin mudah, tak ada salahnya membawa uang cash untuk berjaga-jaga.
Berkembangnya layanan ini ternyata juga diikuti dengan perkembangan pencuri. Ya, mereka jadi copet digital. Bagaimana caranya?
Mengutip berita South China Morning Post tanggal 10 April 2018, disebutkan para oknum tak bertanggung jawab tersebut memalsukan stiker yang ada di toko-toko.

Tiga pelaku copet digital itu mencetak stiker dengan gambar QR code yang terkoneksi dengan dompet digital mereka. Dari hasil kejahatan tersebut, mereka bisa mengantongi 3.000 yuan atau setara dengan US$ 480 dari lebih 100 transaksi. Target utama mereka adalah penjual makanan dengan harga yang mahal, seperti penjual seafood.

Di Indonesia, QR code kini sedang menjadi tren baru pembayaran kaum urban. Banner-banner QR code dan mesin dari penyelenggara bertebaran di meja merchant dan toko. Perkembangan yang pesat di Indonesia, bukan tidak mungkin juga sedang diintai oleh para copet digital.

Menanggapi hal tersebut, Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia (BI) Filianingsih Hendarta mengungkapkan, bank sentral selaku regulator sudah mengantisipasi adanya kejadian tampering oleh fraudster seperti kejadian di China.

"Kami sudah antisipasi kejadian seperti di China, BI dan Asosisasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) telah menysun pedoman implementasi QRIS yang mencakup faktor keamanan di dalamnya," kata Filianingsih kepada detikFinance, Minggu (1/9/2019).

Dia mengungkapkan caranya adalah dengan penggunaan National Merchant Repository sehingga hanya merchant terdaftar yang dapat menerima pembayaran. Selain itu penyelenggara jasa sistem pembayaran (PJSP) juga diwajibkan melakukan edukasi secara terus menerus kepada merchant untuk menjaga dan menyimpan QRnya dengan baik agar tidak diganti oleh fraudsters.

Filianingsih mengatakan, PJSP juga diminta oleh BI agar gencar melakukan edukasi kepada pengguna dalam bertransaksi. Baik pengguna dan merchant harus selalu memperhatikan nama yang tertera di aplikasi. Jadi pastikan kedua belah pihak sudah yakin jika nama aplikasi tersebut sesuai dengan yang terdaftar.

"Jadi kalau transaksi (QR scan sticker) harus perhatikan nama merchant yang tertera di toko dan di aplikasi yang muncul setelah scan, jangan buru-buru langsung bayar. Perhatikan juga ya," imbuh dia.

Kemudian, dalam waktu dekat, pasca grand launching QRIS, BI bersama ASPI dan industri akan melakukan kampanye nasional dan sosialisasi secara massive serta melanjutkan persiapan tahapan implementasi berikutnya, termasuk lintas negara atau cross border.(kil/ang)(Sylke Febrina Laucereno)

Sumber : detik.com
Share on Google Plus

pt ipasar

    Blogger Comment
    Facebook Comment

Post Comment