iPasar News

Harga Anjlok, Bawang Merah Dijadikan Bumbu Pasta

Foto: Imam Suripto
Foto: Imam Suripto

Brebes - Sekelompok petani bawang merah di Desa Sidamulya, Kecamatan Wanasari, Brebes, Jawa Tengah membuat inovasi mengolah bawang merah menjadi bumbu pasta. Inovasi ini sebagai terobosan dalam menyiasati fluktuasi harga bawang yang tidak menentu.
Petani bawang merah asal Desa Sudamulya ini tergabung dalam kelompok tani Sido Makmur. Anggota kelompok ini berjumlah sekitar 40 orang.
Juwari, Ketua Kelompok Tani Sido Makmur menjelaskan, inovasi membuat bumbu bawang berbentuk pasta ini berawal dari keprihatinan petani yang selalu merugi karena fluktuasi harga. Beberapa tahun belakangan, harga bawang selalu anjlok dan tidak menutup biaya produksi.
"Terus terang merasa prihatin melihat harga bawang anjlok. Atas dasar inilah, kelompok tani Sido Makmur membuat pengolahan bawang menjadi pasta," terang Juwari ditemui di tempat pembuatan pasta bawang di Desa Sidamulya, Rabu (2/9/2019) siang.
Sebelum membuat olahan pasta, awalnya muncul ide membuat bawang goreng. Namun karena jumlah produsen bawang merah saat ini sudah menjamur, mereka sepakat mengolah bawang menjadi pasta.
Pertimbangan membuat pasta karena bisa dipakai untuk memasak segala jenis makanan. Selain itu, tidak perlu repot mengiris atau mengulek bawang.
"Saya kira (pasta bawang) ini berbeda dengan bawang goreng yang hanya dipakai sebagai taburan pelengkap nasi atau bakso. Kalau pasta bisa dipakai buat masak berbagai jenis makanan. Sehingga banyak diminati oleh ibu ibu rumah tangga dan pedagang makanan seperti mie dan restoran," imbuh Juwari.
Kelebihan lain pasta bawang merah ini adalah bisa disimpan lebih lama. Bila habis dipakai, sisanya bisa disimpan dalam lemari pendingin dan bisa bertahan selama sebulan. Bahkan bika kemasan masih utuh dan belum dibuka bisa bertahan hingga 1 tahun.
Juwari yang juga menjabat sebagai Ketua Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) berharap pengolahan bawang merah menjadi pasta ini bisa membantu petani yang akan menjual bawang hasil panen dengan harga lebih tinggi dibanding harga di pasaran. Terutama saat harga anjlok paling tidak bisa menekan jumlah kerugian petani.
"Kami beli bawang kualitas sedang Rp 11.000 per kilo. Padahal di pasaran harganya Rp 8.000 sampai Rp 10.000, bahkan ada yang Rp 6.000. Memang belum begitu besar dampaknya, tapi paling tidak bisa membantu supaya petani tidak rugi banyak," beber Juwari.(fdl/fdl)(Imam Suripto)

Sumber : detik.com
Share on Google Plus

pt ipasar

    Blogger Comment
    Facebook Comment

Post Comment